Bukit Magnet
Ada tempat
di Madinah yang disebut Jabal Magnet. Jabal sendiri artinya bukit. Jabal paling
terkenal di Madinah, tentu saja adalah Jabal Uhud ( Bukit Uhud ) yang merupakan
bagian penting dalam sejarah Islam. Bukit Uhud adalah tempat terjadinya
pertempuran yang antara kaum muslim dan kaum Quraisy pada tahun 625 Masehi.
Dalam pertempuran itu tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah, Nabi
Muhammad s.a.w.
Berbeda
dengan Bukit Uhud yang berada di Tanah Haram Madinah, Jabal Magnet, atau di
kalangan penduduk setempat lebih dikenal dengan nama Manthaqotul Baido (tanah
putih) berada di kawasan Tanah Halal. Letaknya kira- kira sekitar 20 - 30 KM
dari pusat kota Madinah. Tentang tanah halal dan tanah haram, perbedaannya
adalah, tanah haram adalah tempat yang hanya dapat dimasuki oleh kaum Muslimin.
Di tanah halal, baik kaum Muslimin maupun yang tidak dapat berada dan tinggal
disana.Beberapa hal lain yang juga tak diijinkan dilakukan di tanah haram tapi
bisa dilakukan di tanah halal adalah membunuh binatang serta merusak tanaman (
memetik dedaunan, dan semacamnya ).
Madinah yang
pada zaman Nabi Muhammad s.a.w merupakan pusat dakwah, pengajaran dan
pemerintahan Islam secara geografis merupakan kota yang dikelilingi gunung dan
bukit bukit serta beriklim gurun.
Kita yang
berasal dari Indonesia tentu tak asing dengan bukit dan gunung. Tapi bukit dan
gunung di Indonesia umumnya hijau, sejuk dan penuh pepohonan.
Tidak begitu dengan perbukitan yang
menjadi daerah wisata di sekitar kota Madinah ini. Tanahnya tandus, gersang,
berbatu dan sepanjang yang dapat kuamati, hanya ada semacam pohon berupa semak
yang tumbuh di sana sini.
Tapi
sungguh, betapapun gersang dan panasnya suasana di sana, aku tak mempertanyakan
mengapa tempat tesebut oleh penduduk Madinah sendiri dijadikan tempat wisata.
Sebab, walau tandus dan sangat panas, tempat itu indah. Keindahan yang berbeda
dengan suasana pegunungan yang biasa kita dapati, tapi tetap saja indah.
Penduduk
Madinah di saat senggangnya sering berwisata ke tempat ini. Mereka biasa
mendirikan tenda dan berkemah di sana. Di satu dua lokasi, juga terdapat tempat
dimana ada permainan kanak- kanak semacam ayunan bisa didapati.
Versi
pertama, seperti yang disampaikan oleh pemandu wisata kami adalah bahwa pusat
magnet di area ini berada di bawah tanah dan area ini merupakan area yang
dihindari oleh penerbangan pesawat. Sebuah artikel yang pernah kubaca
mengatakan bahwa konon, Jabal Magnet ini merupakan pusat magnet terbesar di
dunia, Memang, kusaksikan sendiri bahwa apa yang terjadi di sini jauh lebih
besar dengan apa yang pernah kusaksikan di daerah Kelud. Di Kelud, kami harus
dengan sangat cermat mengamati pergerakan mobil, tapi di Jabal Magnet ini, gaya
tarik yang berlawanan dengan arah gravitasi itu jelas terlihat.
Supir bus
kami mematikan mesin dan memasang persneling bus besar itu pada suatu ruas
jalan yang menurun, dan bus kami berjalan sendiri. Tidak, bukan berjalan maju
ke arah yang menurun itu, tapi berjalan mundur mendaki ke atas!
Dalam
perjalanan pulang, di ruas jalan sepanjang kira- kira 2-3 KM itu supir bus kami
mematikan mesin dan bus besar sarat penumpang itu meluncur kencang dengan
kecepatanrata- rata sekitar 120 KM/jam.
Versi kedua,
yang juga telah banyak dituliskan dalam banyak artikel tentang bukit- bukit
magnet yang ada di beberapa tempat di dunia, termasuk mengenai ruas jalan di
Gunung Kelud maupun di Jabal Magnet Madinah ini mengatakan bahwa sebenarnya tak
ada magnet di sana.
Yang terjadi
adalah ilusi optik. Tempat semacam ini merupakan sebuah lereng yang (
sebenarnya ) menurun sedikit tapi karena tata letak tanah di sekitarnya
menciptakan sebuah ilusi optik seakan air mengalir ke arah yang lebih tinggi
atau mobil dengan gigi netral berjalan ke arah yang menanjak.
Aku ingat
bahwa di Gunung Kelud kusaksikan juga ada beberapa orang yang menggulingkan
botol plastik berisi air di ruas jalan dimana mobil dibiarkan berjalan sendiri
untuk menguji apa yang terjadi di tempat itu.
Bagiku
sendiri, sungguh tak terlalu penting apakah yang sebenarnya memang ada magnet
di sana atau hal tersebut merupakan sebuah ilusi optik. Apapun yang terjadi,
bagiku, menyaksikan hal- hal semacam ini, tak bisa lain, kekaguman atas
kebesaran Yang Maha Kuasa menjadi bertambah tebal.
Jabal Magnet
ini, seperti yang telah kusebutkan di atas, merupakan tempat wisata. Jadi
perjalanan kami ke sana memang perjalanan wisata, bukan termasuk perjalanan
ziarah. Tapi sungguh, walaupun tak termasuk dalam rangkaian perjalanan ziarah,
saat kami menuju dan berada di sana, tak bisa hati ini berhenti mengagumi
ciptaanNya.
0 komentar:
Posting Komentar