Bagaimana
jika seorang gadis kecil mengalami cobaan yang begitu besar dalam hidupnya.
Cobaan yang bertubi-tubi, dimulai dengan kanker yang di derita oleh mamanya,
kemudian baba yang meninggal tragis di depan matannya, hingga dia sendiri yang
menderita kanker.
Penulis
( Enang Rokajat Asura ) menyampaikan kisah kehidupan Baraah dengan rangkaian
kata-kata dan kalimat yang membuat kita enggan melepaskan diri dari buku ini.
Alur cerita yang demikian tertata membuat buku ini layak untuk dibaca semua
kalangan dari anak-anak hingga dewasa atau bahkan buat orang tua yang ingin
mendongengkan sebuah cerita buat pengantar bobok putra-putrinya.
Bab
demi bab memberikan makna buat kita,bagaimana sebuah keluarga harusnya
berinteraksi, orang tua ( Baba dan mama ) hingga anak yang demikian santun
dengan didikan orang tua yang menjalankan hidup dengan pedoman agama yang kuat.
Tidak
ada yang mubazir dari setiap kata yang di sampaikan, dan semestinya buku ini
layak mendapat apresiasi yang semestinya. So... ini ada resensinya....
Identitas Buku:
|
|
Tim dokter dibuat tercengang
dengan kesabaran yang diperlihatkan Baraah Saamehh, sementara paman dan
bibinya tak kuasa menahan derai air mata. Setelah diamputasi kakinya untuk
menghambat penyebaran sel kanker osteosarcoma, penyakit ganas itu sudah
menyerang otak. Apa kata gadis kecil penghafal Al-Qur'an ini sebelum masuk
ruang operasi? "Alhamdulillah, aku akan segera bertemu dengan Baba dan
Mama di surga." Semua teman dan keluarga terkejut.
Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi, tetapi dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya. Kematian Baba—ayahnya—tertabrak di depan matanya sendiri saat akan menjenguk Mama yang terkulai lemah terserang kanker di sebuah rumah sakit, tak membuatnya patah arang. Ia bahkan bisa lolos mewakili provinsi untuk musabaqah hifzil Qur'an di tengah tragedi kematian baba dan mamanya terjadi. Untuk kesabaran dan keteguhan hatinya itu Baraah dianggap sebagai malaikat kecil yang baru turun dari surga. Endorsement "Saya dan Baraah sama. Kami sama-sama ingin keliling dunia. Tetapi di sisi lain, kisah tentang Baraah, gadis kecil yatim piatu yang berjuang melawan kanker ini, seakan-akan menampar saya: semangat hidupnya, kecintaannya pada hafalan Kitab Suci, kebaikan hatinya untuk berbagi, ketabahannya yang menembus batas. Baraah tak perlu menjadi sedikit dewasa/ matang/ tua untuk 'menasihati' saya. Bahkan dengan kekhasan kanak-kanaknya itu, Baraah berhasil membuat saya terhenyak berkali-kali. Lebih dari itu, ending-nya membuat saya bertanya-tanya, ini kisah nyata atau fiksi ya? Penulis sukses mempermainkan emosi pembaca." Waheeda El Humayra:, Penulis Novel The Sacred Romance of King Sulaiman & Queen Sheba, Guru di Indonesia Mengajar
ELEGI CINTA
MARIA
![]()
Identitas
Buku:
|
0 komentar:
Posting Komentar